Oleh : Isdiyono*
Ketika kita berbicara tentang sesuatu konsep, maka yang akan timbul dalam benak kita adalah arti atau makna tentang konsep tersebut. Sesuai dengan hakikatnya, manusia selalu memiliki keinginan untuk tahu. Keinginan inilah yang kemudian membuat manusia mengembangkan pola pemikirannya. Sedikit demi sedikit, akivitas ini mempengaruhi peradaban manusia yang semakin maju.
Mencari arti kata tidak dapat dilepaskan pada peran ilmu filsafat, ilmu yang mempelajari tentang arti suatu kata. Sebuah proses dalam mengungkapkan suatu makna untuk memperoleh hal baru. Dalam hal ini, epistemologi memiliki peran penting dalam keberadaan dan perkembangan ilmu pengetahuan.
Suriasumantri (1996), mengemukakan bahwa aspek ontologis keilmuan biasanya mempersalahkan apa yang dikaji oleh sebuah ilmu pengetahuan. Bukan menggambarkan kebenaran sebagai sesuatu yang harus dipercayai secara mutlak. Jadi, perkembangan ilmu pengetahuan tidak bisa dilepaskan dari penelusuran panjang manusia untuk menemukan kebenaran yang masih tersembunyi.
Epistemologi berasal dari bahasa Yunani episteme yang berarti pengetahuan (knowledge) dan logos yang berari teori (theory)1. Episteme juga diartikan dengan sains (science) dan logos yang berarti informasi (information), atau penjelasan (explanation). Epistemologi pada mulanya digunakan oleh para ilmuwan barat sebagai metode untuk menggali, merumuskan, mengembangkan sains dan teknologi.
Epistemologi berusaha mendefinisikan pengetahuan, membedakan cabang-cabangnya yang pokok, mengidentifikasikan sumber-sumbernya dan menetapkan batasannya. Idris dkk (2008) memberikan pernyataan bahwa epistemologi bertujuan untuk menjelaskan seluk beluk/tata kerja ilmu dari sisi sumber, sruktur, metodologi, ukuran, hakikat dan objek.
Epistemologi mendasari ilmu pengetahuan dalam kaitannya dengan konsep dan pencarian terhadap kebenaran yang akan diusungnya. Kebenaran yang bersifat objektif, dapat diterima tidak hanya dari satu pihak saja. Kebenaran yang bisa dipertanggungjawabkan dalam kaitannya dengan kehidupan sehari-hari.
Metode yang digunakan untuk memperoleh pengetahuan ilmiah adalah dengan menerapkan logiko-hipotetiko-verivikatif. Idris dkk menjelaskan metode ini sebagai sebuah pembuktian bahwa sebuah konsep itu adalah logis. Kemudian diajukanlah hipotesis didasari dari oleh logika yang sudah bias dipahami sebelumnya. Pembuktian konsep ini adalah dengan membuktikan hipotesis yang telah diajukan secara empirik. Artinya, pembuktian harus bias diterima oleh akal dalam kehidupan sehari-hari.
Begitupula ketika kita berbicara tentang hakikat pendidikan, maka epistemologi tidak dapat dipisahkan sebagai pelacak jejak kebenaran. Bahwa epistemologi pendidikan memiliki arti penting dalam menentukan struktur yang mengukuhkan bangunan pendidikan.
Pengetahuan tentang pendidikan dapat dipahami secara utuh ketika kita tahu tentang hal-hal yang mendasarinya. Pendidikan tidak dapat didefinisikan di permukaannya saja. Artinya, penguraian tentang hakekat pendidikan tidak bias dipahami secara dikotomi antara satu komponen dengan komponen lainnya.
Pendidikan begitu vital dalam perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan budaya yang mengiringi.Pendidikan yang berhasil tidak akan mengorbankan salah satunya hanya untuk mendapatkan yang lain. Kenyataan ini mendasari para praktisi pendidikan dalam mengembangkan pengetahuan ke tingkat yang relevan dengan kondisi saat ini.
Pendidikan tidak hanya belajar tentang masa lalu saja, tetapi saat ini dan masa depan. Kedinamisan pendidikan akan mendorong kemajuan ke arah yang positif. Tidak mengarah pada keadaan di mana pendidikan membutuhkan campur tangan pihak-pihak yang idak berkompeten.
Pemahaman yang benar tentang dinamika pendidikan akan mewujudkan kultur ilmiah yang membangun. Pentingnya pemahaman yang benar adalah untuk membangun persepsi tentang pendidikan yang akan diwujudkan. Tentunya, pemahaman ini memerlukan perhatian dan kritikan agarpendidikan ideal semakin menemukan bentuknya.
*Mahasiswa PGSD 2008, Kelas S4B FIP UNY
Dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah pendidikan komparatif