Selasa, 16 Februari 2010

Makna Revitalisasi Gerakan Pramuka

Hari ini, terasa sulit bagi anak menemukan ruang dan waktu untuk mengenal lingkungannya. Sehingga, tidak heran jika anak seolah dipaksa untuk memasuki dunia kompetisi, entah dalam hal kognisi maupun prestasi. Tetapi, kebanyakan tujuan bukan untuk pendidikan ataupun prestasi, tetapi sekedar memenuhi gengsi. Orang tua memaksa anak untuk berkembang sesuai dengan ambisi, bukan keinginannya sendiri. Kebebasan anak dalam mengembangkan kecerdasan sosialnya seolah dibatasi oleh penjara bernama tempat dan waktu.

Tempat sebagai ruang interaksi anak, kini mulai menghilang seiring dengan semakin tingginya tingkat mobilitas kerja masyarakat. Orang tua sebagai orang terdekat yang diharapkan bisa memperkenalkan anak dengan dunianya, telah menghilang. Kesibukan kerja, yang menuntut penghidupan layak telah menutup pintu kedekatan orang tua dengan anak. Sehingga, hanya orang tua yang mau bekerja keras mendidik anaknya yang dapat mengikuti pertumbuhan anaknya.
Apalagi, kondisi lingkungan yang alami, kini telah menyusut. Sebagai gantinya, bangunan-bangunan didirikan untuk memperluas lapangan kerja. Akibatnya, ruang anak untuk bermain menjadi sempit. Padahal, dunia anak adalah dunia bermain, bukan dunia kerja. Meski ada taman bermain, kebanyakan sudah dikomersialkan. Sehingga banyak anak yang tidak bisa menikmatinya.
Setali tiga uang, waktu telah menjadi ancaman bagi anak dalam menikmati masa-masa bermainnya. Tuntutan kompetensi yang selalu naik membuat anak meluangkan sebagian waktunya untuk urusan akademik. Bagaimana bisa bermain, jika sepulang sekolah mereka harus mengikuti bimbingan belajar. Belum lagi menjamurnya bimbingan olah bakat, yang membuat anak tertarik.
Dengan alasan-alasan tersebut, sekolah menjadi tempat penting anak dalam mengembangkan kecerdasan sosialnya. Di sekolah, anak bisa belajar berinteraksi, saling menghargai, tolong-menolong dan belajar berkomunikasi dengan baik. Meski sangat terbatas, di sela-sela pembelajaran, tetapi hal ini sangat penting untuk perkembangan kepribadian.
Pemahaman tentang kehidupan sosial dengan teman sebaya belum mampu memberikan pengalaman yang banyak. Baru sebatas kemampuan berhubungan dengan sesama saja. Kondisi ini belum dapat dimanfaatkan dalam pengembangan keterampilan yang penting dalam kehidupan sosial. Nuansa kognisi masih kental menyelimuti pikiran siswa. Di mana tuntutan dari orang tua yang tinggi dalam hal kemampuan kognitif.
Salah satu sarana yang dapat dimanfaatkan untuk mengembangkan kemampuan keterampilan sekaligus jiwa sosial adalah melalui gerakan pramuka. Pentingnya gerakan pramuka adalah sebagai sarana pembelajaran anak untuk langsung melakukan, learning by doing. Hal ini penting karena kehidupan sosial tidak mensyaratkan teori semata. Tetapi membutuhkan praktik langsung di lapangan.
Pengalaman anak akan bertambah seiring dengan semakin banyaknya mereka berinteraksi langsung. Berkomunikasi, berdiskusi, bermain, bernyanyi, berintesaksi dengan masyarakat dan kemampuan bertahan hidup menjadi pokok pembelajaran. Bahwa pendidikan itu tidak selalu diukur dengan angka-angka, tetapi dengan perubahan perilaku.
Dengan pengalaman langsung, anak akan langsung merasakan bahwa banyak hal bisa dilakukan di samping menjadi korban ambisi dan iklan. Bahwa teknologi juga bertanggung jawab terhadap pola pikir anak. Kegiatan di lingkungan atau di alam bebas menjadi penyeimbang kondisi ini. Meskipun dilabeli ekstrakulikuler wajib, pramuka sebenarnya menekankan prinsip kerelaan hati. Tidak mungkin kepanduan dihilangkan begitu saja, tetapi perlu adanya kesadaran dalam pelaksanaannya.
Isdiyono, Staff Pembina Pramuka
SDN Ngabean Yogyakarta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Bagi yang mengkopi, Tinggalkan Koment ya...makasih. Hehe