Sabtu, 20 Februari 2010

Pahlawan Kecil Itu...


Hari-hari orang tua adalah penantian. Dan yang membuat tubuh tua itu tetap bertahan pada keyakinannya adalah ketika tubuh ini teringat. Akan sebuah mimpi, sebuah khayalan yang terlihat terang di antara kedua bola matamu. Ya, meski kau tutupi, mata ini masih bisa melihatnya dengan jelas. Ya, mata ini tak dapat ditpu.
Dan ketika kau mulai mengenal dunia, berusaha memahami, apa arti tiap hembusan napas itu. Mengidera dengan mata, tangan, lidah, telinga dan hidung. Seolah ingin mengenal dan mengenalkan diri pada dunia. Dan kau pikir dunia itu indah, penuh bunga, pelangi dan serba sweet.
Pada saat itulah kau mulai meraba, bahwa dunia ini terlalu kejam untukmu. Semua seolah mengintervensi, menghujat, menginginkanmu menjadi seperti apa yang ada di dalam kepala mereka. Terekploitasi.
Ah, tidak, sekali-kali tidak. Pasti kau yakin bahwa dengan mengenal dunia, maka mereka mengenalmu.
Sungguh kau adalah pahlawan kecilku. Dari semua manusia yang aku temui, kau adalah pahlawanku. Menghiasi waktu luangku. Benarkah kau pahlawanku ? Atau jangan-jangan, aku juga termasuk mereka yang mengeksplorasimu ?
Untuk eksperimen ? Percobaan ?
Ah, dunia ini sungguh begitu sempit.
Saat kau tersenyum, saat itulah aku bahagia. Saat kau paham dengan apa yang kuucapkan, nikmat yang luar biasa bagiku, ketika diri ini dapat diterima. Untuk menjagamu, meski hanya sesaat dan hanya sebagai pengisi waktu luang.
‘Ah...kalau begitu aku kejam ?” begitulah pikirku.
Ingatkah kau akan saat-saat itu ?
Ya,
Benar,
Kau benar,
Saat sepeda tua itu melaju, kugendong kau
Dan kau pun tak mau turun, kurasakan bahwa rasa ingintahumu itu tinggi
Sesampainya di sawah, mendengarkan nyanyian katak, menyaksikan bergoyangnya padi yang hijau. Di langit burung-burung walet beterbangan, sesekali ada sekawanan burung emprit. Dan kau bertanya, terus dan terus bertanya, burung apa itu kak ?
Kujawab, burung emprit
Burung emprit ya kak ?
Ya, betul sekali
Dan pada suatu saat, aku ingat betul, kau bertanya pada sekawanan burung putih yang melintas. Beterbangan, menyebar, membentuk formasi, bergerombol. Seolah memenuhi angkasa, memamerkan sayap di antara mega yang tak beraturan. Begitu indah dan begitu anggun, betapa makna persahabatan dan kesatuan tak pernah lepas darimu. Sang seniman langit, penakluk jagad, menjelajahi petak demi petak sawah. Untuk berjuang, makan, berjuang untuk hidup.
Kujawab, burung Kuntul
Burung apa ? Un....
Ting...
Kuntul
Unting...
Ah, memang kau sangat lucu.
Namun, saat-saat kebahagiaanku itu, sekarang tinggal cerita saja. Kau sudah banyak mengenal dunia dengan segala aktivitasnya. Rupa-rupa orang telah kau jumpai, wataknya, pribadinya hingga karakteristik dan kelicikannya. Saatnya kau terjun dalam duniamu, mengurai mimpi, merealisasikan asa hingga menjadi sebuah kenyataan, begitu hidup dan menghidupkan.
Ya, sudah saatnya kau mengenal kata mandiri, dan aku kembali menjadi seorang tua yang tak berguna. Meniti hidup, mengurai kembali hari yang telah berlalu. Bukan demi apapun, tetapi untuk berjuang, maju, menuju sebuah masa depan. Ya, genggamlah masa depan itu, raih mimpimu.
Biarlah tubuh tua ini mati, menjadi tanah, terkubur di tanah ini. Namun, kuharap kau tetap melanjutkan mimpi itu. Untuk sebuah harapan dan mimpi seorang tua bodoh yang berusaha mengendalikan dunia. Dengan tangan kosongnya, dengan keegoisannya. Ah, dunia anak memang bukan untuk orang-orang yang sudah bau tanah.
Biarlah bunga menjadi keseharian ini, menemani detik-detik terakhir. Bukan kalungan bunga, atau siraman bunga yang kuharap. Tetapi, kau harus menjadi apa yang telah kau impikan. Ya, teruslah melaju, menggapai mimpi. Dunia ini bukanlah untuk yang tua.
Sudah saatnya kami yang tua ini menyingkir. Menepi dari modernisasi yang semakin tak kumengerti ini. Entah sampai kapan aku bisa melihatmu.
Semoga tak sampai tanah, ketika mata ini melihat kau menggenggam dunia. Menerobos cakrawala yang seolah tiada berujung.
Bukankah itu mimpimu ?
Bermimpilah!!!
Terus dan wujudkan!
Biarlah tubuh tua ini yang berakhir!!!
Bukan kau, anakku!

Isdiyono, 28 Desember 2009


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Bagi yang mengkopi, Tinggalkan Koment ya...makasih. Hehe